TEKNOLOGI M-BIO UNTUK PERTANIAN ORGANIK
1. Pendahuluan
Pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern, hal ini dilaksanakan dengan alasan kesehatan dan kelestarian alam. Sistem pertanian organik merupakan “hukum pengembalian” yaitu suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah.(Sutanto, 2002). Jadi dalam pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau mengurangi input bahan sintetik baik berupa pupuk, herbisida maupun pestisida sintetik.
Dalam melaksanakan pertanian organik, para petani sering mengeluhkan bahwa hasilnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan memanfaatkan teknologi berbasis mikroba. Mikroba yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman dikenal sebagai pupuk mikroba (microbial fertilizer).
M-BIO adalah nama dagang pupuk mikroba, merupakan kultur campuran dari berbagai mikroba yang menguntungkan yaitu terdiri dari mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat, dan pendekomposisi bahan organik ..
Prinsip aplikasi pupuk mikroba pada tanah dan tanaman ialah memperbanyak populasi mikroba terpilih sehingga mampu bersaing dengan mikroba pribumi (indigenous). Invasi dan kolonisasi awal dari pupuk mikroba yang diintroduksi dalam jumlah banyak dan bermutu unggul akan memenangkan kompetisi dengan mikroba pribumi, sehingga mempunyai kesempatan untuk membantu penyediaan hara dan pertumbuhan tanaman.
Untuk menjaga agar mikroba yang diinokulasikan dapat hidup dan berkembang di dalam tanah, maka lingkungan harus dikondisikan baik terutama harus ada bahan organik dalam tanah, karena bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroba.
Pemanfaatan pupuk mikroba dalam membantu pertumbuhan dan perlindungan tanaman dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Peran langsung dilakukan dengan menambat Nitrogen (N2) dari udara dan memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon asam indol asetat, sitokinin dan giberelin (Rodriguez dan Fraga, 1999; Gunarto dkk. 1999; Wedhastri, 2002) juga melarutkan P yang terikat menjadi tersedia oleh asam-asam organik dan enzim yang dihasilkannya. Peran tidak langsung dilakukan dengan menghasilkan senyawa antimikroba yang mampu menekan pertumbuhan mikroba patogen.
Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah, produktivitas dan daya dukung tanah tergantung dari aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan penting yaitu berperan dalam dekomposisi limbah atau bahan organik, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan pospat, merangsang pertumbuhan dan biokontrol patogen. Teknologi M-BIO dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tersebut.
2. Teknologi Kompos Oleh Aktivator M-BIO
Ketika pertanian organik dilaksanakan sering dihadapkan kepada masalah bahan organik yang proses pengomposannya memerlukan waktu relatif lama antara 4 sampai 6 bulan, sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.
Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba dekomposer yang berkemampuan tinggi, mikroba dekomposer bertanggung jawab atas perombakan bahan organik, pembentukan humus dan siklus hara yang secara agronomis sangat penting dalam meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikroba perombak bahan organik dapat mempercepat proses pengomposan. Dengan inokulasi perombak bahan organik, C/N rasio jerami padi dapat mencapai 16,85 dalam waktu 12 hari (Saraswati dkk, 2004). Begitu juga limbah kotoran ayam yang didekomposisi oleh M-BIO dalam waktu 12 hari dapat mencapai C/N rasio 8 (Nurmayulis, 2005). Hal ini sesuai dengan pendapat Priyadi (2004) bahwa perombakan bahan organik secara alami menjadi zat-zat anorganik yaitu dalam bentuk ion yang tersedia bagi tanaman berlangsung relatif lama (± 3 bulan), sedangkan dengan aplikasi M-BIO bahan organik tersebut akan difermentasi dalam waktu relatif cepat (± 2 minggu). Dari proses fermentasi tersebut dihasilkan senyawa organik (protein, asam laktat, asam amino, alcohol, vitamin dll) yang mudah tersedia bagi tanaman.
Di dalam kompos yang didekomposisi oleh M-BIO itu, mikroba-mikroba yang dikandung M-BIO akan tetap hidup dan aktif . Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman. Bahan organik yang didekomposisi oleh M-BIO disebut PORASI.
3. Pupuk Mikroba
Kandungan hara kompos relatif rendah jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menginokulasikan M-BIO kedalam lahan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan M-BIO pada tanaman padi sawah dapat mensubtitusi pemakaian pupuk kimia.
Tanaman padi yang diberi porasi padat dan cair serta disiram larutan M-BIO setiap 3 hari satu kali sampai umur 45 hari, ternyata jumlah anakannya mencapai rata-rata 160 anakan dari satu benih atau satu tanaman per lubang tanam.
Hal tersebut menggambarkan bahwa, mikroba-mikroba yang dikandung dalam M-BIO sangat berperan dalam meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah sehingga mendukung terhadap pertumbuhan tanaman.
Penerapan teknologi M-BIO sebagai pupuk mikroba telah dilaksanakan oleh para petani kentang di kawasan Dieng Jawa Tengah (dari tahun 2005 s/d sekarang), hasil kentang yang diperoleh dari musim ke musim terus meningkat dari 15 ton ha-1 (tanpa teknologi M-BIO). Setelah aplikasi teknologi M-BIO menjadi 26 ton ha-1, musim berikutnya 30 ton ha-1, 38 ton ha-1 dan terakhir 50 ton ha-1 (laporan para petani kentang Dieng). Dan ini merupakan kejadian yang sangat menggembirakan, karena menurut para petani kentang disana selama 25 tahun ini baru musim ini dapat mencapai 50 ton ha-1. Selain itu dapat menekan penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Fusarium sp.
Pada tanaman karet di Blitang Sumatera, ternyata aplikasi teknologi M-BIO dapat mengatasi penyakit kering alur sadap (laporan para petani karet).
Aplikasi teknologi M-BIO pada pertanian organik dapat menyuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Dengan demikian para petani organik tidak perlu khawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara dan serangan hama atau penyakit tanaman.
Keunggulan M-BIO :
1. Dapat mereduksi dosis pupuk organik sampai 50%
2. Disamping berguna untuk tanaman, berguna juga untuk bidang peternakan, perikanan, dan lingkungan
M. Iskandar Mamoen
1. Pendahuluan
Pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern, hal ini dilaksanakan dengan alasan kesehatan dan kelestarian alam. Sistem pertanian organik merupakan “hukum pengembalian” yaitu suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah.(Sutanto, 2002). Jadi dalam pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau mengurangi input bahan sintetik baik berupa pupuk, herbisida maupun pestisida sintetik.
Dalam melaksanakan pertanian organik, para petani sering mengeluhkan bahwa hasilnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Persoalan ini sebenarnya dapat diatasi dengan memanfaatkan teknologi berbasis mikroba. Mikroba yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman dikenal sebagai pupuk mikroba (microbial fertilizer).
M-BIO adalah nama dagang pupuk mikroba, merupakan kultur campuran dari berbagai mikroba yang menguntungkan yaitu terdiri dari mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat, dan pendekomposisi bahan organik ..
Prinsip aplikasi pupuk mikroba pada tanah dan tanaman ialah memperbanyak populasi mikroba terpilih sehingga mampu bersaing dengan mikroba pribumi (indigenous). Invasi dan kolonisasi awal dari pupuk mikroba yang diintroduksi dalam jumlah banyak dan bermutu unggul akan memenangkan kompetisi dengan mikroba pribumi, sehingga mempunyai kesempatan untuk membantu penyediaan hara dan pertumbuhan tanaman.
Untuk menjaga agar mikroba yang diinokulasikan dapat hidup dan berkembang di dalam tanah, maka lingkungan harus dikondisikan baik terutama harus ada bahan organik dalam tanah, karena bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroba.
Pemanfaatan pupuk mikroba dalam membantu pertumbuhan dan perlindungan tanaman dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Peran langsung dilakukan dengan menambat Nitrogen (N2) dari udara dan memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon asam indol asetat, sitokinin dan giberelin (Rodriguez dan Fraga, 1999; Gunarto dkk. 1999; Wedhastri, 2002) juga melarutkan P yang terikat menjadi tersedia oleh asam-asam organik dan enzim yang dihasilkannya. Peran tidak langsung dilakukan dengan menghasilkan senyawa antimikroba yang mampu menekan pertumbuhan mikroba patogen.
Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah, produktivitas dan daya dukung tanah tergantung dari aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan penting yaitu berperan dalam dekomposisi limbah atau bahan organik, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan pospat, merangsang pertumbuhan dan biokontrol patogen. Teknologi M-BIO dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tersebut.
2. Teknologi Kompos Oleh Aktivator M-BIO
Ketika pertanian organik dilaksanakan sering dihadapkan kepada masalah bahan organik yang proses pengomposannya memerlukan waktu relatif lama antara 4 sampai 6 bulan, sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.
Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba dekomposer yang berkemampuan tinggi, mikroba dekomposer bertanggung jawab atas perombakan bahan organik, pembentukan humus dan siklus hara yang secara agronomis sangat penting dalam meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikroba perombak bahan organik dapat mempercepat proses pengomposan. Dengan inokulasi perombak bahan organik, C/N rasio jerami padi dapat mencapai 16,85 dalam waktu 12 hari (Saraswati dkk, 2004). Begitu juga limbah kotoran ayam yang didekomposisi oleh M-BIO dalam waktu 12 hari dapat mencapai C/N rasio 8 (Nurmayulis, 2005). Hal ini sesuai dengan pendapat Priyadi (2004) bahwa perombakan bahan organik secara alami menjadi zat-zat anorganik yaitu dalam bentuk ion yang tersedia bagi tanaman berlangsung relatif lama (± 3 bulan), sedangkan dengan aplikasi M-BIO bahan organik tersebut akan difermentasi dalam waktu relatif cepat (± 2 minggu). Dari proses fermentasi tersebut dihasilkan senyawa organik (protein, asam laktat, asam amino, alcohol, vitamin dll) yang mudah tersedia bagi tanaman.
Di dalam kompos yang didekomposisi oleh M-BIO itu, mikroba-mikroba yang dikandung M-BIO akan tetap hidup dan aktif . Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman. Bahan organik yang didekomposisi oleh M-BIO disebut PORASI.
3. Pupuk Mikroba
Kandungan hara kompos relatif rendah jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menginokulasikan M-BIO kedalam lahan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan M-BIO pada tanaman padi sawah dapat mensubtitusi pemakaian pupuk kimia.
Tanaman padi yang diberi porasi padat dan cair serta disiram larutan M-BIO setiap 3 hari satu kali sampai umur 45 hari, ternyata jumlah anakannya mencapai rata-rata 160 anakan dari satu benih atau satu tanaman per lubang tanam.
Hal tersebut menggambarkan bahwa, mikroba-mikroba yang dikandung dalam M-BIO sangat berperan dalam meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah sehingga mendukung terhadap pertumbuhan tanaman.
Penerapan teknologi M-BIO sebagai pupuk mikroba telah dilaksanakan oleh para petani kentang di kawasan Dieng Jawa Tengah (dari tahun 2005 s/d sekarang), hasil kentang yang diperoleh dari musim ke musim terus meningkat dari 15 ton ha-1 (tanpa teknologi M-BIO). Setelah aplikasi teknologi M-BIO menjadi 26 ton ha-1, musim berikutnya 30 ton ha-1, 38 ton ha-1 dan terakhir 50 ton ha-1 (laporan para petani kentang Dieng). Dan ini merupakan kejadian yang sangat menggembirakan, karena menurut para petani kentang disana selama 25 tahun ini baru musim ini dapat mencapai 50 ton ha-1. Selain itu dapat menekan penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Fusarium sp.
Pada tanaman karet di Blitang Sumatera, ternyata aplikasi teknologi M-BIO dapat mengatasi penyakit kering alur sadap (laporan para petani karet).
Aplikasi teknologi M-BIO pada pertanian organik dapat menyuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Dengan demikian para petani organik tidak perlu khawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara dan serangan hama atau penyakit tanaman.
Keunggulan M-BIO :
1. Dapat mereduksi dosis pupuk organik sampai 50%
2. Disamping berguna untuk tanaman, berguna juga untuk bidang peternakan, perikanan, dan lingkungan
M. Iskandar Mamoen
No comments:
Post a Comment